Melaju menembus kabut tipis di kaki Gunung Kerinci tanpa sadar membuat tubuh menggigil kedinginan. Tubuh pun butuh sesuatu yang bisa menghangatkan raga. Pilihan pun jatuh pada sirup kulit kayu manis khas buatan warga Desa Siulak Deras.
”Orang bilang rasanya seperti jamu. Tapi, ya begini rasanya sirup (kulit) kayu manis. Yang pasti rasanya manis,” ujar Marjani (39), salah seorang perajin di Desa Siulak Deras, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, sembari menyuguhkan sirup yang telah diseduh dengan air panas.
Manis yang terasa merupakan perpaduan minyak dari kayu manis bercampur gula yang menyatu saat direbus. Sedikit susah melepaskan rasa gulanya, tetapi aroma dan cita rasa kayu manis tetap kental terasa. Bahkan, jika kulit kayu manis yang digunakan lebih tua lagi, di atas 15 tahun, rasanya lebih kuat lagi.
Kebanyakan, sirup kayu manis yang dijual memakai kulit dari pohon yang usianya 5-10 tahun. Dari warna sirupnya bisa diketahui usia kulit kayu manis yang digunakan.
Makin tua warna sirupnya, itu berarti menggunakan kulit kayu manis dari pohon yang berusia di atas 10 tahun. ”Kalau yang seperti madu (warnanya), biasanya pakai pohon yang masih muda,” kata Marjani.
Sangat mudah mendapatkan sirup ini sebab ada 8-10 kios kecil di pinggir jalan sepanjang Desa Siulak Deras, menempel pada halaman rumah perajinnya, menjajakan sirup kulit kayu manis. Seperti kios sederhana Kelompok Bunga Ros milik Rosniani dan Kelompok Teratai Putih yang dikelola Marjani.
Harganya pun terjangkau. Sebotol besar (isi 600 mililiter) dijual Rp 10.000, sedangkan yang ukuran sedang dijual Rp 6.000 per botol. Pada tiap label botol sirup yang diproduksi 10 kelompok itu bertuliskan kata Kerinci dengan ejaan lama, yaitu ”Koerintji”. Adapun nama kelompok pembuatnya juga tetap ditulis.
Menurut cerita, kata Koerintji tak boleh dihilangkan karena menjadi identitas produk khas dari daerah yang dijuluki ”sekepal surga di tanah Jambi”.
Berkembang
Di Desa Siulak Deras kini ada 10 kelompok perajin sirup kulit kayu manis. Awalnya hanya ada tujuh kelompok pada tahun 2006. Saban minggu, tiap kelompok memproduksi 1-3 kilogram kulit kayu manis kering. Dari satu kilogram itu yang diolah, bisa dihasilkan 40 liter sirup, yang setara dengan 80 botol ukuran besar atau 130 botol ukuran sedang siap kemas.
Produksi akan meningkat saat liburan panjang, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Sebab, biasanya banyak warga Kerinci yang pulang kampung atau banyak pendaki yang naik gunung. Jika seminggu hanya sekali membuat sirup, menjelang liburan bisa dua kali, sehingga, dari 80-120 liter seminggu bisa meningkat menjadi 200 liter per minggu.
”Sirup buatan kakak saya (dari Kelompok Bunga Ros), kemarin diborong sampai dua dus. Kalau liburan pasti ramai yang beli. Selain orang Kerinci yang pulang kampung, banyak juga orang Padang yang melintas di jalan ini,” tambah Marjani.
Konon, minuman ini sangat berkhasiat untuk mencegah masuk angin, menghilangkan pegal, dan rematik. Yang pasti mujarab menghangatkan tubuh. Tak ayal, meneguk sirup kulit kayu manis hangat akan membantu mengurangi rasa beku yang menyerang seusai maupun menjelang mendaki Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh. Tertarik mencoba?
7.11.2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar