JAMBI--MICOM: Akibat anjloknya harga tomat di pasaran sebagai dampak kemacetan di Pelabuhan Merak-Bakauheni, kini tomat di sentra produksi di kecamtan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi, menggunung dan membusuk karena tidak terjual.
Tomat dan dan berbagai tanaman sayur mayur di sentra produksi di Kerinci, khususnya di Kecamatan Gunung Raya dan Batang Merngin, kini hanya ditumpuk petani di ladangnya sampai membusuk," kata Sekretaris Desa Lolo Hilir Kasdi di Kerinci, Jumat (4/3).
Padahal, tomat dan sayuran lainnya itu semula akan dipasarkan di Pulau Jawa. Namun kini tomat tersebut membusuk dan dibiarkan petani.
Saat ini tanaman tomat dikembangkan petani Gunung Raya di ladang-ladang menggantikan berbagai tanaman keras yang sebelumnya ditanam, antara lain Kayu Manis (casiavera) dan kopi.
"Saat ini panen tomat. Namun karena terputusnya jalur distribusi di Pelabuhan Bakauheni, Lampung-Merak, Banten, tomat-tomat petani tersebut akhirnya tidak laku terjual hingga akhirnya tomat yang habis dipanen pun hanya ditumpuk di pinggir ladang sampai menggunung dan busuk," kata Kasdi.
Harga tomat di sentra pertanian tersebut hanya berkisar antara Rp100 hingga Rp200 per kilogram. Jatuhnya harga itu merupakan yang terparah selama 10 tahun terakhir. Biasanya tomat dibeli pedagang pengumpul minimal Rp1.000 hingga Rp1.500 per kg.
Dengan harga Rp200 petani sama sekali tidak bisa mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Sebab, untuk memperoleh hasil satu bal tomat petani harus mengeluarkan modal Rp3 juta hingga Rp4 juta. (Ant/OL-01)
3.07.2011
Tidak Laku, Tomat Dibiarkan Bertumpuk Membusuk
Anda berada di » Home » » Tidak Laku, Tomat Dibiarkan Bertumpuk Membusuk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar